Selasa, 20 Mei 2014

Muhasabah

Heningnya malam menciptakan syair-syair dalam qolbu. Ada kalimat dzikir terucap dalam lisan dan hati yang penuh dosa. Mengingat akan semua perbuatan yg dilakukan. Tak terbendung. air mata mengalir dengan rasanya menciptakan nuansa romantisme dengan sang pencipta. Tak ada suara apa-apa, hanya keheningan yang dirasa disekelilingnya. Ya, malam begitu mengajarkan tentang sebuah akhir kehidupan. Dimana tatkala mata tertututp untuk selamanya. Kedua tangan dan kaki, serta tubuh yang kelak terbaring kaku, hingga pada akhirnya nafas yang berhembus dalam jiwa berhenti seketika. Lantas, apakah yang akan dibawa menghadap kepada-Nya ?. jawabannya ada pada diri setiap insan.


Bayangan malam menghadirkan laksana kegelapan dalam alam setelah nafas terhenti. Tak ada cahaya yang tercipta. Ketika itu hanya ketakutan yang dirasakan. Sahabat, teman, keluarga, bahkan orang tua meninggalkan kita. Kita sendirian disana. Betapa hari itu, seluruh anggota tubuh akan berbicara dengan ketentuan-Nya. Mulut yang penuh dosa dan dusta tak bisa berbuat apa-apa. Maka, hanya yang penyesalan yang ada. Bahkan yang lebih menyedihkan, tubuh yang seakan angkuh tak bisa melakukan apa-apa tatkala ulat dan cacing tanah memakannya. Itulah sebagian dari pada orang-orang yang merugi disana. Tapi ada sebagian orang yang ketika tiba disana, mereka tersenyum, karena mendapatkan surga sebelum surga yang sebenarnya. Ada banyak cahaya yang meneranginya. Penerangnya amal sholeh yang diperbuat saat Allah masih memberikan kehidupan saat didunia. Tak prnh sedikitpun dilewatkannya waktu yang diberikan untuk hal-hal yang sia-sia kecuali hanya untuk beribadah. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Az-Zariyat ayat 56. “Dan aku (Allah) tidak akan menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku”. Begitulah kehidupan baginya, apapun yang dilakukan harus bernilai ibadah dihadap-Nya. Bahkan hal-hal kecil kecilpun diniatkan untuk ibadah. Semakin ia beromantisme dengan Allah, semakin malu dia pada-Nya. Dalam hatinya begitu rapuh, betapa masih beruntungnya ia tatkala Allah masih memberikannya kesempatan untuk mencari hidayah. Air matanya menetes membasahi sajadah. Andaikan sang malaikat maut saat ini juga menjemputnya. Maka, alangkah kecewanya sang kekasih yaitu rasulullaah saw melihat dia, tatkala hanya dosa yang dibawa.

2 komentar:

  1. Bermuasabah terkadang selalu membuat dada ini sesak, terasa begitu sakit! begitu hinanya diri ini ketika berhadapan denganNya, dosa yang di lakukan seakan tak kan bisa terampuni, penyesalan itu selalu menghampiri, kebencian pada diri ini seakan tak bisa aku elakkan, Marah, sedih, benci, menyesal, ingin brontak, semuanya begitu menyakitkan!! :'(

    BalasHapus
    Balasan
    1. dan tidak ada waktu yang lbh indah, selain melakukannya. tatkala waktu mengingatkan kita. maka seketika itu pula, Allah begitu menyanyangi hamba-Nya. bersegera adalah jalan terbaik. biarkan apa yang menyakitkan itu hdir sbagai pengobat diri. Innallaaha Ghofurur rohiim.. tak terbantahkan, Allah itu maha pengampun. yakinkan pada diri..

      note : biarkan hal-hal yang menyakitkan mnjdi pengobat diri.. sungguh itu jauh lbh baik, dri pada kebahagiaan tp menjauhkan kita pada-Nya.. :)

      Hapus